Anda Pengunjung Ke
About Me
Following
Entri Populer
-
RESENSI BUKU "NYANYIAN LORONG GELAP" Kumpulan naskah teater Penulis : Bagus Mahayasa Cetakan pertama : Februari 2011 Te...
-
RESENSI BUKU Judul : Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 Editor : Suyitno Ethexs Kurator ...
-
Embong Tekuk, Mojokerto - Dua hari yang lalu (9/11) di warung kopi Benpas, saat dalam diskusi ringan bersama rekan-rekan PVB Kota Mojoker...
-
Tak apa meski kau bilang aku Bodoh, aku suka itu Tak apa meski kau bilang aku Pengecut, aku suka itu Tak apa meski kau bilang aku Katrok, ak...
-
Mungkin (sambil terisak-isak akibat patah hati) Anda akan menjawab mantap: "Wanita dong! Buktinya wanita selalu terlihat sembab, sedan...
-
Muntamah, SH Staf Ortala Pemkot Mojokerto berlianaputri@yahoo.com Matahari belum tinggi, sinarnya mulai menghangatkan tubuh dan menghala...
-
Merokok Perlukah? Mohon maaf bagi yang nggak berkenan dengan artikel saya ini. Sekedar iseng aja (siapa tahu begitu baca artikel ini ...
-
1. Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. 2. Kedoea Kami ...
-
"Hanya mereka yang berani mengalami kegagalan besar yang akan meraih kesuksesan besar." (Robert F.Kennedy) Pribadi-pribadi yang ta...
-
Hmm, tempat ini menyimpan banyak kenangan manis untukku. Tak seharusnya aku berada disini. Karena hanya akan membawa rasa...
Label
- artikel (6)
- Berita (2)
- Cerpen (1)
- Jurnal Dre (9)
- Kiat Sukses (3)
- Pendidikan (2)
- Puisi (5)
- Resensi Buku (3)
10 Penyakit Mental Manusia
1. Menyalahkan orang lain
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet? Selalu “siapa” bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran selalu mencari tahu “apa” penyebabnya bukan “siapa”.
Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain itu sama dengan sikap primitif. Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak mau disalahkan. Kalau ada piring jatuh, “adik tuh yang salah”.
2. Menyalahkan diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat, dsb. Lha saya ini apa? Wah saya nggak bisa deh. Dia S1, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling.”
Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.
3. Tidak punya cita-cita
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis.
4. Mempunyai cita-cita tapi ngawur mencapainya
Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Cita-citanya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya seperti ini: ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi.
5. Mengambil jalan pintas
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Tidak ada orang yang leha-leha, terus tiba-tiba jadi juara bulu tangkis. Tidak ada!
6. Terlalu santai
Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boing 737, untuk dapat take off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan Cuma 50 km/jam tentu saja tidak bisa take off, bahkan malah bisa kecelakaan.
7. Mengabaikan hal-hal kecil
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil tidak dikerjakan. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecil. Maunya yang hebat saja. Mengabaikan hal kecil saja tidak boleh apalagi mengabaikan orang kecil.
8. Terlalu cepat menyerah
Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti ditempat yang salah repot sekali.
9. Bayang-bayang masa lalu
Kita selalu penuh memori. Apa yang kita lakukan masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit no.3
Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. “waktu” itu maju. Tidak ada jam yang jalannya terbalik, semuanya maju. Hidup itu maju.
10. Menghipnotis diri dengan kesuksesan semu
Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, tidak kemana-mana lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut.
Napoleon pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar”. Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. *Cr6/bs
0 komentar: