Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Minggu, 19 Juni 2011

Yang namanya cowok harusnya sih nggak membasahi wajahnya dengan air mata. Malu tau! Apalagi menangis kan identik sama cewek yang punya perasaan sensitif. So, kenapa juga cowok harus mengeluarkan air mata?

Biarpun bakal dicap cengeng, kaga jadi masalah. Selama menangis belum dilarang, mau nangis ya nangis aja. Mungkin itu prinsip cowok yang tiba-tiba nangis. Tapi sebenarnya, kalo seorang cowok sampe menangis, bukan karena gak ada alasannya. Banyak hal yang bikin cowok-cowok mengeluarkan air mata. Mulai dari jengkel sejadi-jadinya, berpisah dengan soulmate, sedih, sampe seneng banget. Kondisi seperti ini memang bukan Cuma kepunyaan cewek, cowok juga bisa ngalamin.

Masalahnya, cowok gampang nangis, bisa jadi kadar tertoron di tubuhnya mengalami penurunan. Soalnya, dalam kondisi normal, hormon testoron cewek emang lebih rendah dibanding cowok. Kurangnya hormon testoron juga mengakibatkan berkurangnya motivasi, kepercayaan diri, dan gampang depresi.

Rendahnya hormon ini bisa muncul dengan atau tanpa gejala. Tapi efek dari turunnya hormon testoron mengakibatkan pola tidur berubah, insomnia, rambut rontok, otot berkurang dan lemak tubuh meningkat. Lagi-lagi yah, bukan Cuma cewek yang ngalamin. Cowok juga bisa ngalamin kondisi seperti ini. Buat cowok, hormon testoron bertanggung jawab buat pengembangan organ reproduksi. Kadarnya bisa turun dengan betambahnya umur.

Dan jangan lupa juga, menangis bisa mengurangi stres, loh. Menangis adalah cara lain tubuh merespon suatu hal. Ini salah satu hal untuk bertahan hidup. Karena stres bisa ningkatin risiko serangan jantung dan kerusakan otak. Nah, dengan menangis, kita bisa mencegahnya. Menangis juga cara alami tubuh untuk mengendalikan hormon stres kartisol. So, nggak usah malu untuk mengeluarkan air mata guys! (ry@n/sumber:detikhealth.com)

Dikutip kembali dari Tabloid GAUL Edisi 45 Tahun IX 22-28 November 2010

Kamis, 09 Juni 2011

Merokok Perlukah?


 

    Mohon maaf bagi yang nggak berkenan dengan artikel saya ini. Sekedar iseng aja (siapa tahu begitu baca artikel ini kemudian berhenti merokok) daripada nggak ada kerjaan. Artikel ini menurutku menarik karena bersifat membangun. Tema ini aku angkat setelah dapat tugas ngetik dari Tabloid Sekolah Jurnal Maja Tamansiswa. Okey, langsung aja ke materi!

    Merokok perlukah? Bukankah pada kemasan rokok sendiri sudah tertera bahwa "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan pada janin", lalu kenapa masih saja merokok?

Bukan hanya itu saja, seingat penulis waktu masih sekolah (penulis juga pernah sekolah lho... ^^), dalam ajaran agama Islam, bahwa menyakiti diri sendiri itu hukumnya dosa dan haram. Kalo merokok itu dapat membuat kita sakit, berarti sudah jelas kita telah melakukan dosa. Lalu kenapa masih saja merokok?

Dalam hal ekonomi juga demikian. Harga rokok juga nggak murah, apalagi orang yang sudah kecanduan rokok, sehari atau bahkan dalam hitungan jam saja sudah menghabiskan rokok 1 cepet (bahasanya "cepet" apa ya?). Lha terus, habis berapa puluh ribu dalam sehari hanya untuk kebutuhan merokok yang jelas-jelas merugikan itu? Kalo untuk yang berduit sih nggak masalah. Tapi yang jadi masalah itu, 70 persen perokok adalah orang miskin. Nah, padahal cari duit juga nggak gampang. Lalu kenapa masih juga merokok?

Menurut data yang terungkap dalam workshop Jurnalis Aksesi FCTC Penguatan Komunikasi dari Ancaman Asap Rokok yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat indonesia (IAKMI) (28/5), lebih dari sepuluh orang meninggal diseluruh dunia per menit karena rokok. Artinya dalam sehari ada 14.400 orang yang meninggal karena rokok. Rokok mengandung empat ribu bahan kimiawi dan 60 diantaranya bisa menyebabkan penyakit kanker.

Bahaya merokok bukan hanya ada pada si perokok aja, tapi asap rokok juga membahayakan orang-orang disekitarnya. Karena, perokok pasif menghisap tiga kali lebih banyak kandungan dari rokok. Nah, apa nggak kasian tuh sama orang-orang disekitar? Keluarga, teman yang nggak ngrokok, ato pacar misalnya?

Kembali lagi pada kemasan rokok yang bertuliskan bahaya merokok. Peringatan bahaya merokok itu juga dari pemerintah kan? Tapi kenapa masih juga diijinkan adanya pabrik rokok ato apalah itu. Harusnya larangan merokok sama halnya dengan larangan minuman keras dan zat psikotropika lainnya.

"Kan rokok membantu perekonomian negara karena merupakan penghasilan yang sangat besar?", ada yang bilang gitu juga. Nggak tahu dah harus jawab apa kalo uda mengeluarkan jurus itu. Seolah-olah para perokok antusias dengan keadaan perekonomian negara. Haha... lucu juga.

Denger-denger nih, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengimbau lembaga penyiaran televisi dan radio agar tidak menyiarkan iklan rokok pada 31 Mei 2011. Imbauan disampaikan oleh KPI kepada asosiasi lembaga penyiaran. Nah, kalo berita yang seperti ini aku suka, nih. Dan sodara-sodara yang pada nggak suka sama rokok pasti juga turut bergembira. Tepuk tangan.... J

Satu pesan buat sodara-sodara sebangsa dan setanah air, terutama bagi anak-anak muda, jangan coba-coba merasakan menghisap rokok karena itu hanya akan merugikan diri kalian sendiri dan juga orang lain. Dan untuk yang sudah terlanjur kecanduan merokok, cobalah untuk pelan-pelan berhenti merokok. Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin. Kalo kalian pada niat untuk berhenti merokok, aku yakin kalian pasti bisa.

Marilah bangun kesadaran diri akan bahaya merokok.

Salam damai dan bebas asap rokok! J

Kamis, 02 Juni 2011

10 Penyakit Mental Manusia

1. Menyalahkan orang lain

Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet? Selalu “siapa” bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran selalu mencari tahu “apa” penyebabnya bukan “siapa”.

Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain itu sama dengan sikap primitif. Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak mau disalahkan. Kalau ada piring jatuh, “adik tuh yang salah”.

2. Menyalahkan diri sendiri

Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat, dsb. Lha saya ini apa? Wah saya nggak bisa deh. Dia S1, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling.”

Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.

3. Tidak punya cita-cita

Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis.

4. Mempunyai cita-cita tapi ngawur mencapainya

Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Cita-citanya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya seperti ini: ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi.

5. Mengambil jalan pintas

Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Tidak ada orang yang leha-leha, terus tiba-tiba jadi juara bulu tangkis. Tidak ada!

6. Terlalu santai

Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boing 737, untuk dapat take off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan Cuma 50 km/jam tentu saja tidak bisa take off, bahkan malah bisa kecelakaan.

7. Mengabaikan hal-hal kecil

Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil tidak dikerjakan. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecil. Maunya yang hebat saja. Mengabaikan hal kecil saja tidak boleh apalagi mengabaikan orang kecil.

8. Terlalu cepat menyerah

Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti ditempat yang salah repot sekali.

9. Bayang-bayang masa lalu

Kita selalu penuh memori. Apa yang kita lakukan masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit no.3

Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. “waktu” itu maju. Tidak ada jam yang jalannya terbalik, semuanya maju. Hidup itu maju.

10. Menghipnotis diri dengan kesuksesan semu

Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, tidak kemana-mana lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut.

Napoleon pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar”. Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. *Cr6/bs