Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Kamis, 26 Mei 2011

CINTA ?? Apaan ??


CINTA. Nggak ada orang yang bisa benar-benar mendefinisikan cinta. Karena setiap orang berbeda mengartikan apa itu cinta. Mungkin bagi mereka yang beruntung akan bilang kalau cinta itu indah, cinta itu segalanya. Namun beda dengan orang yang kurang beruntung dalam cinta. Mereka akan beranggapan bahwa cinta itu menyakitkan. Deritanya tiada akhir.


Bagiku sendiri, cinta itu bisa menjadi sahabat kita. Dimana kita semua tahu seorang sahabat yang baik akan mampu memberi hal positif untuk kita agar lebih baik dalam menjalani hidup ini. Sebaliknya, cinta juga bisa menjadi musuh. Musuh yang akan selalu menghalangimu untuk meraih tujuan hidupmu.


Dulu aku hanya manusia biasa tanpa cinta dan tidak ada niat mencari cinta. Tujuanku cuma satu meraih cita-citaku setinggi mungkin. Tapi memang dasar cinta. Kelembutannya menyihir semua yang ada. Tanpa aku sadari cinta itu datang dan melekat dengan eratnya. Hingga tak mampu aku melepaskannya. Jantung berdendang. Mata berbinar riang. Senyum menebar. Hidupku berubah. Aku bisa menjadi seorang yang hebat dalam hitungan yang teramat singkat.


Namun, kehidupanku berbalik 180 derajat saat cintaku pergi meninggalkanku seorang diri. Baru kali ini aku menyadari, bahwa cintaku selama ini bertepuk sebelah tangan. Betapa hancur hidupku. Kerja tak bisa maksimal. Makan tak bernafsu. Serasa hidup segan mati tak ingin. Apalagi sudah kukatakan bertahan satu C.I.N.T.A. Lenyap sudah kebahagiaan dihati. Aku hanya bisa menangisi semua yang telah terjadi. Cinta Pertamaku yang bernasib malang. Langit berubah menjadi gelap berkelabu. Aku hanya bisa menanti sebuah keajaiban. Serupa sampan ditengah samudra menunggu sang Bidadari. Seperti itu pula aku akan setia menunggumu duhai kekasihku cinta pertamaku dan mungkin akan jadi cinta terakhirku pula.

RESENSI BUKU


Judul : Surat-Surat Orang Pulau

Penulis : Hardjono WS
Editor : Abdul Malik
Pracetak : Slamet Santoso, Dadang Ari Murtono, Saiful Bakri
Desain sampul : Amir Kiah
Perwajahan isi : Kang Madrim
ISBN : 978-979-16856-2-7
Ukuran buku : 13 X 19 cm
Tebal : viii + 156 halaman

Penerbit :

Citra Setia Universal Production
Jl.Teluk Nibung Timur IV/35
Surabaya
e-mail: iallang@yahoo.com



SINOPSIS

Seorang saksi jaman sekaligus seorang pelaku dari perjalanan sejarah bangsa, bangsa Indonesia telah memberikan sebuah catatan hariannya kepada seorang pengarang untuk ditulis dalam sebuah novel, untuk dijadikan sebagai karya sastra sekaligus bukti sejarah.
Dalam novel ini menceritakan tentang nasip warga sipil "Yuwono" harus dipaksa menjalani hidupnya di penjara, meninggalkan anak istrinya. Namun, semua itu berusaha ia ceritakan kepada anaknya "Putri" karena Yuwono merasa sangat bersalah.
Putri, anak kandungnya menyadari hal itu terlalu menyakitkan, ayahnya yang sebenarnya masih hidup, diasingkan ke Pulau Buru selama belasan tahun sebagai tahanan politik. Tak jelas salah benarnya karena tak pernah dihadapkan ke meja hijau. Hukum dan pengadilan tak pernah berbicara dalam hal ini. Sementara yang berbicara adalah kekuasaan dan kekuatan.
Peristiwa demi peristiwa yang di alami "Yuwono" ini benar-benar sungguh menyakitakan. Bagaimana ia harus dipaksa meninggalkan rumah serta istri dan anak-anaknya yang masih kecil dari penjara ke penjara, baik penjara di Pulau Jawa, Nusa Kambangan, maupun di Pulau Burung. Benarkah ia mendapatkan kebebasan setelah keluar dari penjara ke penjara saat berkumpul dengan masyarakat? Tidak, tenyata setelah Yuwono dibebaskan ia semakin merasa terasing karena oleh masyarakat dijadikan sebagai masyarakat kelas dua.
Tetapi perjuangan Yuwono tidak hanya sampai di situ, Yuwono tetap yakin bahwa semua ini adalah sebuah ujian Tuhan yang harus ia jalani. Dengan keteguhan hatinya itulah Yuwono mampu bebas dari keterasingan itu dengan karyanya.





Hardjono W.S., lahir dari pasangan R.W. Sotrisno dan Rr. Roekminiwati di Bondowoso, tanggal 11 Maret 1945 dengan nama lengkap R. Soehardjono. Ketika ayahnya sakit ia meminta izin untuk mengubah namanya dari R. Soehardjono menjadi Hardjono Wieyosoetrisno yang kemudian disingkat menjadi Hardjono W.S.

Beberapa karyanya yang dimainkan kawan-kawan senimannya, antara lain Lileo, the Kutilang Bird oleh Linda Yosephine dan Ekkes School of Ballet, Surabaya, Maret 1999; Warisan Mak Yah oleh Ludruk Karya Budaya Mojokerto dalam festival ludruk se-Jawa Timur di Gedung Utama Kompleks Balai Pemuda Surabaya.
Tiga Penghargaan telah diterimanya, masing-masing dari Lembaga Indonesia-Amerika lewat Dewan Kesenian Jakarta berupa Award khusus teater, dari Direktorat Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan di Jakarta, dan Gubernur Jawa Timur sebagai seniman kreator tahun 2000. Naskah anak-anaknya yang berjudul Layang-layang diterbitkan oleh UNESCO dalam sebuah buku berjudul Together in dramaland bersama 14 pengarang Asia-Afrika.
Sampai sekarang masih terus menulis, menggarap teater anak-anak, mematung. Saat ini sedang menekuni program Kebun Kreatif (Bonkre) yaitu belajar mendongeng, menulis, baca puisi, drama anak-anak di Desa Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Dan tinggal bersama istri dan putra tercinta, Marwiyah Derang dan Pramudya Sang Aru Bintang.
Telah menulis 20 judul buku antara lain Celoteh Tikus dan Merpati, Pizza dan puisi, Yok Bermain Teater Yok, Sanggarku Dermagaku, Tamu dari Jati, Apa Kabar Pak Wo? Surat-surat Orang Pulau, Titik Akhir, Garis Lengkung, Rumah di persimpangan, Wayan Aku Cinta Kamu, Dua Perempuan, Rumah di Depan Langgar, Kisah Seekor Burung Kutilang, Buku Harian Seorang Perempuan, Bulik Asih, Panglima Perang, Tanah Ganjaran , Saumi, Panggil Aku Mbak, Yant, Kereta terakhir, Teater anak atau teater untuk anak-anak kecil tentang teater. Meja dan Kursi dari pangkal batang kelapa ( Trubus Agrisarana, Surabaya 1998).
Beberapa karyanya yang telah terbit dalam antologi puisi bersama, antara lain Antologi Empat Penyair bersama Jil P. Kalaran, Sabrot D Malioboro, Abdul Qodir; Omonga Apa Wae—Kumpulan puisidan geguritan, Festival Cak Durasim, 2000; Bunga Rampai Bunga Pinggiran, Antologi Puisi Parade seni WR. Soepratman 1995; Mojokero dalam puisi, Dewan Kesenian Kota Mojokerto; Memo Putih, Antologi Puisi 14 Penyair Jawa Timur.


Alamat ; Desa Jatidukuh Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Email : Jatidukuh@yahoo.com



Saiful Bakri,

Biro Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto.

e-mail: ipulmojokerto@gmail.com


RESENSI BUKU



"NYANYIAN LORONG GELAP"


Kumpulan naskah teater

Penulis : Bagus Mahayasa

Cetakan pertama : Februari 2011

Tebal : 111 halaman

Penerbit : Lidhie Art Forum Mojokerto

Peresensi : Abdul Malik


Disela-sela Sarasehan/dialog budaya Pendidikan dan sastra. yang diadakan Komunitas Teater Raden Wijaya Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya bekerja sama dengan Lidhie Art Forum Mojokerto, 27 Februari 2011 pukul 09.00 wib, kawan Bagus Yuwono, menyodorkan sebuah buku bersampul hitam , "Buku kumpulan naskah teater ku baru terbit."

Buku tersebut memuat dua naskah teater karya Bagus Mahayasa (nama pena Bagus Yuwono), masing-masing berjudul Nyanyian Lorong Gelap dan Sisi Gelap Kamar Yuli (Potret bayang-bayang).

Kedua naskah tersebut telah dipentaskan ke beberapa kota. Naskah Nyanyian Lorong Gelap pernah dipentaskan di halaman rumah Trombol di Jl. Merpati Gang I Probolinggo , Desember 2002 dan di Aula Kelurahan Balongsari Jl.Empunala Kota Mojokerto tanggal 24 Juli 2004.

Sementara itu naskah Sisi Gelap Kamar Yuli pernah dipentaskan keliling oleh Lidhie Art Forum Mojokerto di Lamongan, Tuban, Jember dan Blitar sepanjang April 2007.

Dokumentasi naskah teater merupakan aktifitas yang membutuhkan ketekunan, kesabaran dan biaya yang cukup besar. Perpustakaan Balai Belajar Bersama Banyumili di Kampung Kradenan menyimpan beberapa naskah teater yang berkaitan dengan Mojokerto. Antara lain naskah Pengemis Itu karya Anton de Sumartana, diterbitkan Swawedar 69 Institute & Adv. Anton de Sumartana yang kini menetap di Bogor menulis naskah setebal 16 halaman tersebut saat berusia 16 tahun dan tercatat sebagai siswa SMA Taruna Nusa Harapan (TNH) Mojokerto. "Naskah disusun saat mendengarkan pelajaran Civics Pak Kwee", tertulis di akhir naskah Pengemis Itu.

Naskah lain adalah Sangkakala Dari Timur karya Gatot "Sableng" Sumarno dari Teater Kaca Mojokerto. Meski belum pernah dipentaskan namun naskah tersebut merupakan salah satu dokumentasi berharga dari sejarah teater di Mojokerto.

Hardjono WS, penulis kelahiran 11 Maret 1945 dan tinggal nyaman di desa Jatidukuh kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto, telah menerbitkan kumpulan naskah drama anak-anak dengan judul Anak Adalah Rakyat. Seri 1 Banteng dan Buaya, seri 2 Layang-layang, seri 3 Tukang batu yang serakah. Dua naskahnya juga masuk dalam 10 pemenang Lomba Naskah Drama Pelajar Jawa Timur diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur. Judul naskah Srikandi Edian dan Nimok, Aku Cinta Kamu. Tersedia dalam bentuk soft copy.

Buku Nyanyian Lorong Gelap secara tidak langsung melengkapi buku Dewa Mabuk yang diterbitkan Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Timur Tahun 2010. Merupakan kumpulan naskah teater karya 8 seniman teater di Jawa Timur: Akhudiat (Surabaya), Masnoen (Bojonegoro), MS Nugroho (Mojoagung), R Giryadi (Sidoarjo), Rodli TL (Lamongan), S Jai (Surabaya), S Yoga (Ngawi), Syah A Lathief (Sumenep),

Bagus Mahayasa kelahiran Mojokerto, 9 Januari 1974 pernah memiliki satu angan-angan yaitu ingin menampilkan teater bercirikan khas Mojokerto. "Kalau teater di Malang dengan ciri khasnya gaya topeng, saya di Mojokerto yang katanya terkenal dengan batik tulisnya, dengan imajinasi dan kreatifitas ingin batik tulis ciri khas Kota Mojokerto ini kami tampilkan di panggung teater misalnya sebagai kostum pemain maupun setting panggung". (tabloid Palapa Kota Mojokerto edisi 12, November 2001).


Sukses selalu.


(Abdul Malik, bergiat di balai belajar bersama Banyumili, kampung Kradenan kota Mojokerto.e-mail: filantrophi@gmail.com)




RESENSI BUKU



Judul : Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010
Editor : Suyitno Ethexs
Kurator : Chamim Kohari-Saiful Bakri-Umi Salama
Desain cover : warung grafis indonesia
Lukisan cover : Putu Sutawijaya, Sangkring Art Space, Yogyakarta
Foto lukisan cover : oleh Wahyu Wiedy Tantra
Layout : kang madrim
Cetakan pertama : Oktober 2010
ISBN : 978-602-97907-1-9
Tebal : xx + 689 halaman

Harga : Rp 100.000,-



Penerbit:
Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto
Jl. Jayanegara 4
Kabupaten Mojokerto 61361
e-mail: dewankeseniankabmojokerto@gmail.com



CERPEN DI GAPURA CANDI WRINGIN LAWANG

Sebuah Pengantar

Sungguh, kami harus tahu diri, dan kami mencoba meyakinkan bahwa tugas kurator yang hendak diamanatkan kepada kami sebenarnya salah alamat, dan kami menyodorkan beberapa nama yang layak mengemban tugas itu, tetapi ditolak dengan alasan bahwa nama-nama yang dimaksud memang layak, tetapi dianggap tidak "steeril" dari virus-virus "Primodialisme komunitas" yang justru akan menjadi "beban" bagi niat baik diselenggarakannya "Festival Bulan Purnama Majapahit", memang selama ini jarang ada yang berani menerbitkan antologi puisi atau cerpen di luar "klik"nya.


Tugas kurator itu akhirnya tetap diamanatkan kepada kami yang "wong ndeso" yang dianggap belum terkontaminasi oleh "primordialisme komunitas" dan hirukpikuk sastra di media massa. Terus terang dengan "tergagap-gagap" kami terima amanat itu, dan betul setelah kami baca karya-karya sastra yang telah dikirim, dan kami buka lembaran-lembaran kertas yang menumpuk sekitar 7 rim, yang di dalamnya masih campur antara karya puisi dan karya cerpen, ternyata terdapat banyak nama-nama "beken" yang sudah terkenal di jagad sastra Indonesia, nyali kami menjadi semakin "mungkret", tetapi dengan kesabaran dan keberanian yang diberani-beranikan, kami terus membenamkan diri dalam kubangan cerpen-cerpen dan puisi-puisi, ternyata semakin dalam kami menyelam semakin asyik.


Membaca cerpen yang bertebaran di dalam antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, sungguh sangat mendebarkan, kami semacam menapaki "Cahaya Tajalli" yang berjajar panjang penuh pesona, kami betul-betul diajak melayari aneka pelangi warna-warni keindahan Nusantara. Dari cerpen yang paling sederhana dan pendek seperti "Aku dan dia ada di sana" karya Alfi Laila, seorang pelajar yang masih duduk di kelas VII, sampai dengan cerpen yang "sufistik" dan panjang seperti "Montel" karya Fahruddin Nasrulloh, seorang cerpenis yang karya-karyanya sudah banyak dimuat di media massa dan buku-buku kumpulan cerpen Indonesia, dimana untuk memahaminya kami harus "mengeryitkan kening" membaca berulang-ulang dengan menggunakan bashar dan bashirah (mata kepala dan mata hati) ditambah dengan menggunakan imajinasi yang rangkap, sampai-sampai muncul kekuatiran, jangan-jangan cerpen seperti itulah yang bisa menjadikan masyarakat Indonesia semakin menjauhi sastra. Pada hal Guy de Maupassant, seorang pengarang dari Perancis mengatakan bahwa "Kekuatan cerpen bukan terletak pada panjang-pendeknya cerita, tetapi bagaimana pengarang yang hanya berada dalam satu ruang terbatas mampu menyajikan suatu dunia, yang unik dan penuh dengan berbagai kemungkinan". Dalam cerpen "Montel", Fahruddin sepertinya sengaja mencoba keluar dari "tradisi" kepenulisan cerpen, atau ia sedang "bergenit-genit" atau barangkali itu hanya sebagai "strategi literer" untuk menjadikan pembaca agar terbelalak dan geleng-geleng.


Pada umumnya cerpen yang masuk dalam Antologi Festival Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, menggunakan ragam bahasa intimed (bahasa pergaulan sehari-hari) tetapi ada juga yang menggunakan bahasa baku seperti cerpen "Bila rindu itu datang" karya Masduri AS (Sumenep). Lain lagi dengan Anna Noor (Tangerang), cerpen karyanya yang berjudul "Kenduri Cinta" mampu menggambarkan setting dengan apik dan memasukkan unsur ekstrinsik sosio kulutural masyarakat Jawa Tengah, sehingga cerpennya lebih menarik. Termasuk cerpenis Yusri Fajar (Malang) dengan judul karyanya "Perempuan yang bercengkerama dengan anjing" juga berhasil menggambarkan setting dengan baik, sehingga mampu memindahkan pembaca dari tempatnya, seakan-akan pembaca seperti berada di Frankfurt Jerman. Khoirul Umam (Sumenep) dengan cerpen "Mayat"nya juga berhasil mengurai alur cerita sehingga asyik dinikmati, Begitu juga Mochammad Asrori (Mojokerto) dengan karyanya yang berjudul "Lalat", tema ceritanya mengarah ke aliran seni simbolis. Cerpenis Suhairi dengan karyanya yang berjudul "Penggusuran mayat" sedikit ironi, seakan-akan Indonesia itu sempit, sampai-sampai makam pun harus digusur. Wahyudi Zie dengan karyanya yang berjudul "Wanita yang dipasung di bawah pohon beringin" menyadarkan kepada kita sebenarnya yang gila itu siapa, dan masih banyak lagi cerpen-cerpen menarik lainnya.


Di saat sedang suntuk-suntuknya menikmati karya-karya itu, tiba-tiba kami teringat dengan Budi Darma, yang menyatakan "Bila seorang pengarang hanya mampu melihat obyek luarnya saja, maka itu hanya akan menjadi dongeng. Dan begitu habis pengalaman pengarang, maka habis pulalah kemampuan pengarang untuk mendongeng. Tentu saja pengarang yang baik tidak tabu mengangkat realitas harafiah ke dalam novelnya ---termasuk cerpen--- selama yang menjadi tumpuan baginya bukan fakta semata-mata. Pengarang mempunyai imajinasi dan aspirasi. Dengan imajinasinya dia dapat menciptakan realitas yang bukan harafiah, meskipun yang diangkatnya adalah realitas harafiah. Setelah menjadi novel realitas harafiah ini sudah mengalami metamorphose melalui kekuatan imajinasi pengarangnya". (Harmonium 1975 : 74). Paling tidak Budi Darma mengingatkan kepada para cerpenis agar tidak terjebak pada realitas semata, sebab hasilnya akan bisa menjadi seperti karya jurnalistik.


Dari Gapura Candi Wringin Lawang Trowulan Mojokerto, kami dan masyarakat sastra menggantungkan harapan, semoga Antologi Cerpen Festifal Bulan Purnama Majapahit 2010 ini, mampu membuka pintu cakrawala sastra Indonesia, meskipun kami sadar bahwa hal itu seperti mimpi, tidak mudah dan memerlukan kerja besar dari semua pihak.


Akhirnya, dari semua naskah cerpen yang dikirimkan sebanyak 170 judul, dan hanya 94 judul cerpen yang kami anggap layak ditampilkan di Antologi Cerpen Festifal Bulan Purnama Majapahit tahun 2010 ini, dan selebihnya yang 76 cerpen yang tidak lolos kami mohon maaf.


Dengan ketulusan dan kerendahan hati, kami mohon maaf atas keterbatasan kami, kami yakin tiada gading yang tak retak, karena itu tegur sapa dan sumbang saran dari semua pihak sangat diharapkan.


Sekian. Semoga bermanfaat.


Mojokerto, 20 Oktober 2010

Kurator,


1. Chamim Kohari

2. Umi Salama

3. Saiful Bakri


Rabu, 18 Mei 2011



PENULISAN PUISI
Oleh SAIFUL BAKRI


Setiap hari kita beraktivitas. Mulai bangun tidur sampai tidur kembali di malam hari. Saat matahari mulai tenggelam beertaburan bintang di langit beserta bulan yang cahayanya memantul dari sungai, sawah, atau bukit-bukit kecil di sekitar kita yang semuanya akan terasa indah.

Bila pagi hari kabut tipis di depan rumah menari-nari, kupu-kupu beraneka warna hinggap dari bunga ke bunga lainnya, suara burung bersahutan dari pohon jambu terbang ke pohon rambutan berkicau bersahutan menyambut pagi. Gemericik air kali menciptakan nyanyian, alangkah kaya hidup ini damai bersama alam di sekitar kita. Itu semua puisi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tinggal bagaimana daya kreatif kita untuk mengolahnya. Pertanyaannya sekarang: Mau kita apakah keindahan alam di negeri ini? Kita biarkan lewat atau berlalu begitu
saja. Tentu tidak jawabnya. Disini mari kita mendokumentasikan seluruh kehidupan di negeri kita dengan puisi.

Bagaimana caranya?

1. Mengerti apa itu puisi
Puisi, cerpen, novel, prosa atau bentuk tulisan yang lain merupakan karya sastra.Karya sastra adalah karangan atau tulisan yang mengungkapkan pengalaman hidup kita sehari-hari dipadu dengan daya khayal (imajinasi ) lalu dikemas dengan bahasa yang indah. Puisi merupakan media ekspresi yang tidak asing bagi kita karena setiap hari kita akan bertemu dengan segala macam peristiwa yang akan menjadikan pengalaman dan setiap orang pasti mempunyai pengalaman pribadi masing-masing baik itu sedih, susah, senang, gembira ataupun duka
sekalipun.
Contoh:
Lagu Naik-naik ke puncak gunung, Balonku ada lima atau Bintang kecil. Sungguh kita sedang berpuisi karena semua itu pada dasarnya adalah sebuah puisi jadi jangan takut untuk menuliskannya.

2. Menjadikan hidup lebih hidup dengan puisi
Sawah yang terbentang, air sungai yang mengalir, bukit yang hijau, panorama alam yang mempesona di sekitar kita, itu semua diberikan Tuhan kepada kita. Dengan puisi kita akan merasakan rasa syukur itu agar kita tidak menyia-nyiakan atau merusak alam yang indah ini.Puisi akan menyapa kita dengan indah. Tulisan-tulisan kita akan mewarnai hidup ini akan lebih kaya. Kaya akan perasaan, kaya akan pikiran, kaya akan pengalaman, kaya akan wawasan, meskipun dari hal-hal sederhana yang kita alami.

Contoh puisi:

Pak Tani
Pagi yang cerah
Pak tani sudah berangkat ke sawah
Di pundak
Cangkul selalu terbawa
Menemani untuk menggemburkan sawah
Kau tak lelah
Merawat padi hingga menguning
Mengusir burung-burung
Yang hinggap di batang-batang padi
Sampai musim panen
Yang akan segera tiba

3.Mengekspresikan uneg-uneg lewat puisi
Dalam perjalanan berangkat atau pulang sekolah, di rumah atau sedang bermain, akan muncul ide-ide yang cemerlang. Gagasan-gagasan yang menarik dalam perjalanan.Dengan puisi kita tulis
atau gagasan-gagasan dalam hati kita, dalam pikiran-pikiran kita. Dimana gagasan-gagasan itu bisa berupa keprihatinan, saran-saran atau menyadarkan orang lain untuk tidak merusak alam.

Contoh:
Tragedi banyu panas

Desember beberapa tahun lalu
Air bah bercampur Lumpur
Datang dengan tiba-tiba
Dari atas bukit
Batu-batu menggelinding
Menimbun kolam
Padusan banyu panas
Airnya menjadi coklat
Gelak tawa anak-anak dan orang dewasa
Berubah menjadi tangisan
Bencana itu datang
Karena hutanku telah habis ditebang
Oleh orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri
Tuan lindungilah hutan kami
Tuan jangan kau rusak bukit kami
Tuan jangan biarkan tuhan murka untuk yang kedua kali

4.Menulis puisi dalam buku harian
Dengan buku harian kita akan merekam peristiwa-peristiwa yang terjadi
Dari waktu ke waktu
Dari hari ke hari
Dari bulan ke bulan
Dan dari tahun ke tahun
Secara berurutan.

Dari buku harian yang kita tulis kita akan belajar jujur pada diri sendiri, tidak dibuat-buat semua berjalan apa adanya. Apa yang kita lihat dan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari semua kita tulis dengan wajar dan seutuhnya adalah pengalaman kita sendiri mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, 24 jam kita bermain dengan peristiwa yang terjadi. Yakinlah bahwa semua peristiwa apapaun bentuknya pasti ada hikmahnya.Buku harian sangat kecil dan sederhana tetapi begitu besar manfaatnya untuk mencurahkan segala isi hati kita dengan puisi.Kenapa dengan puisi? Karena dengan puisi pengalaman yang kita curahkan akan terasa lebih mendalam, perasaan kita akan lebihhalus dan peka terhadap sesuatu di sekitar kita.

Dengan buku harian tekanan-tekanan yang ada di hati kita kita lepaskan seperti air yang mengalir deras. Air yang meghanyutkan sampah-sampah, menggelindingkan batu-batu dan jangan biarkan air tersumbat, begitu juga dengan perasaan dan hati kita. Dalam buku harian kita tulis semua hal-hal pribadi yang menyesakkan dada kita.

Contoh:

Ibu
Ibu,
Hatimu lembut
Bagai sutera bidadari
Mengelus dan memanjakan aku
Bila dingin malam mulai datang
Kau dekap aku
Kau cium aku
Penuh rasa hangat menyelimutiku
Ibu, maafkan aku
Yang kadang tak menurut padamu
Kau akan menjadi pelita
Selamanya dalam hidupku

Semoga dengan pengalaman batin dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta ini kita tidak hanya mampu merasakan saja tapi keberanian kita untuk menerjemahkan pikiran-pikiran, menerjemahkan sedih kita, menerjemahkan kegembiraan kita dan menerjemahkan kegelisahan kita, lebih-lebih menerjemahkan hati nurani kita atas semua anugerah yangterhampar di depan mata kita dengan jujur, apa adanya dan sepenuh hati lewat puisi dimana saja dan kapan saja sebab dengan puisi kita akan belajar bersama-sama menjadi orang yang arif dan bijaksana, berhati lembut penuh perasaan dan belajar menghagai sesama manusia dengan kasih sayang serta mensyukuri segala nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita semua.

Selamat menulis puisi.


Kampung Jagalan, 2 Maret 2010

*Saiful Bakri, anggota Biro Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto.
e-mail: ipulmojokerto@gmail.com