Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Jumat, 11 November 2011

Embong Tekuk, Mojokerto - Dua hari yang lalu (9/11) di warung kopi Benpas, saat dalam diskusi ringan bersama rekan-rekan PVB Kota Mojokerto, yang sebenarnya membahas tentang dunia IT seperti biasanya. Tidak sengaja topik obrolan beralih pada "Kehidupan Wanita" sekarang ini.

Obrolan ini dipicu dari salah satu rekan yang kapan hari bisa dibilang terkena musibah. "Di putuskan oleh sang kekasih." Haha... Sebenarnya hal ini wajar-wajar saja dalam dunia percintaan. Wong yang sudah menikah saja bisa sampai cerai apalagi yang masih dalam tahap pacaran? Tapi uniknya dari kisah rekan saya ini, dia di putus lantaran menolak untuk diajak ML oleh sang cewek. Maklum, rekan saya ini menggunakan sistem pacaran secara sehat. ^_^ Sungguh saya beruntung mempunyai teman yang patut dijadikan contoh.

Dan satu hal lagi yang bikin saya tertawa geli, setelah diputus oleh sang cewek, teman saya mengeluarkan secarik kertas dan bulpoin dari dalam tas kuliahnya. Sambil kepala menengadah ke atas (sesaat kami sempat bingung dengan tingkahnya), ssst! Dia mulai menggoreskan bulpoinya sambil berkata "terakhir baju yang kubelikan seharga 170 ribu".

Tak pelak gelak tawa kami semua terdengar riuh. Ternyata dia melakukan totalan dari pengeluarannya selama berpacaran. Ini yang tidak boleh ditiru. Rasa ikhlasnya mana?

Sebenarnya apa sih yang dicari dari seorang wanita?

Sungguh saya masih bertanya-tanya. Kebanyakan wanita cantik lebih suka sama cowok yang suka tawuran, bandel, dan populer atau yang gaul. Kenapa yang suka sama cowok yang baik, dan pintar justru yang kurang menarik? Dan yang lebih uniknya lagi rata-rata cowok yang dibilang gaul tadi malah bertampang menengah kebawah dan lebih cenderung kebawah.

Mungkin ada yang bilang banyak wanita mencari pria mapan. Tapi kalau menurut saya bukan itu yang mereka cari sebenarnya. Kalau memang itu yang mereka cari, kenapa yang sudah bersuamikan orang kaya masih saja menjalin hubungan gelap dengan orang yang lebih rendah dari suaminya?

Lepas dari hal diatas. Mohon maaf, moral dari kebanyakan wanita sekarang ini kurang baik. Contohnya saja pada persoalan yang dihadapi teman saya diatas. Mereka menganggap bahwa pacaran selalu dibumbui dengan hal-hal erotis. Padahal jelas-jelas itu melanggar norma agama, terutama agama yang saya anut yaitu Islam. Kenapa nggak secara sehat saja? Di rumah saja atau sekedar jalan-jalan tanpa aktivitas mojok ditempat-tempat gelap dan sepi. Saya rasa semua itu juga demi kebaikan bersama. Ya si cowok ya si cewek maupun dari kedua pihak keluarga mereka. Setan kan ada dimana-mana. Dan penyesalan datangnya selalu belakangan. Lebih baik kita menjalani masa remaja atau pacaran ini secara sehat agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang tidak kita inginkan nanti. Lao

Jumat, 28 Oktober 2011


1. Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

2. Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

3. Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Tanggal 28 Oktober 2011 bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-83. Setidaknya naskah yang ditulis Moh.Yamin seperti diatas yang telah dibacakan delapan puluh tiga tahun silam. Lalu apa makna dari naskah tersebut?

Sumpah pemuda menunjukkan sebuah kesamaan keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka. Entah itu yang ada di Jawa, yang ada di Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, semua warga atau rakyat Indonesia pada saat itu menginginkan suatu kemerdekaan dari penjajah.

"Bangsa dan Republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan masyarakat daerah yang saat itu memiliki kesamaan nasib, kesamaan sejarah, dan kesamaan cita-cita untuk hidup bersatu," tegas Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman, Kamis (27/10/2011), pada Seminar Nasional DPD RI dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda dengan tema: “Keberagaman, Kemajemukan, dan Perjuangan Daerah”.

Namun bagaimana tanggapan para generasi muda saat ini soal Sumpah Pemuda? Jangankan memahami maknanya, menghafal naskahnya pun tak mau. Bukan tidak bisa atau lupa tapi tidak mau. Padahal mulai dari Sekolah Dasar sudah diajarkan dan diberikan pengetahuan tentang sejarah-sejarah bangsa Indonesia termasuk Sumpah Pemuda. Tapi sepertinya semua itu tidak berefek pada generasi muda saat ini.

Contohnya saja naskah Pancasila. Untuk para siswa, naskah ini selalu dibacakan setiap upacara hari Senin di sekolah. Namun tidak sedikit yang hafal dengan isinya. Entah apa penyebabnya bisa demikian tragis.

Hal lain antara Sumpah Pemuda dengan Generasi Muda saat ini adalah banyaknya aksi tawuran antar pelajar dan mahasiswa. Dikit-dikit diselesaikan dengan tawuran. Apa maksudnya? Mereka mengaku sebagai mahasiswa, tapi sama sekali tidak menunjukkan sifat seorang yang berpendidikan. Seharusnya semua masalah itu dapat dirundingkan atau dicari jalan keluarnya tanpa harus melakukan tawuran. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah tapi malah akan mendatangkan masalah baru.

Contoh lagi, kalau sudah menyangkut hubungan antara Indonesia dengan Malaysia, waah... Kumpulkan masa ajak demo di kantor-kantor pemerintahan. Mereka yang demikian hanya melihat suatu masalah dari satu sisi saja. Kita yang diluar pemerintahan ini tak tahu banyak bagaimana sudut pandang orang dalam (pemerintah).

Untuk itu, para generasi muda diharapkan dapat mempertahankan isi dari Sumpah Pemuda dan arti perjuangan para pahlawan Indonesia agar bangsa ini tidak mudah dipecah belah oleh bangsa lain. Semoga kita semua rakyat Indonesia dapat mewujudkan perdamain negeri ini. *lao

Sabtu, 15 Oktober 2011

Malam yang cukup dingin untuk hari ini, Jumat 14 Oktober 2011, berada di dalam sebuah forum diskusi para mahasiswa PENS-ITS PVB Kota Mojokerto. Terdengar sayup-sayup ketika Bapak Ali Basyah, ST., memberikan pengetahuan tentang Representasi Penyimpanan Data pada komputer. Bukan karena suara beliau yang pelan atau kurang jelas, tapi karena badan ini sudah mulai merasa payah, ditambah lagi dengan perut kekenyangan dan suasana dingin yang cocok sekali sebagai penghantar tidur. Bayangkan saja dari pagi sampai sore kerja, lalu malamnya harus mengikuti mata kuliah. “Bagaimana tidak capek?”

Bapak Ali Basyah, ST. Ini menurutku orangnya condong ke dunia usaha. Beliau selalu membumbui materi yang dibawakan dengan perkembangan dunia usaha. Contohnya pada malam ini mata kuliah yang disampaikannya mengenai Pengenalan Komputer dan Perangkat Lunak serta representasi Penyimpanan Data pada Komputer. Tentu tidak akan ketinggalan pandangannya tentang kemajuan dan perkembangan dunia usaha terutama untuk Indonesia.

“Kenapa kita sampai kalah dengan Singapura? Kenapa kita mau kalah dengan Malaysia?” demikian kalimat-kalimat Bapak Ali Basyah, ST. yang saya ingat. “Padahal orang-orang mereka itu banyak yang berasal dari Indonesia.” Sambungnya.

Kalau menurut saya mungkin karena pengaruh gaji yang diberikan oleh negara-negara tetangga pada saudara kita. Siapa sih yang tidak ngiler diiming-imingi segudang uang? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, Indonesia pastinya tidak akan pelit untuk menghargai ilmu yang dimiliki warganya sendiri. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan saudara-saudara kita yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan lebih memilih memajukan negeri orang dibanding negeri sendiri?

Selepas dari hal tersebut diatas, saya merasa beruntung bisa berada diantara para penghuni PENS-ITS PVB Kota Mojokerto ini. Jika sebelumnya saya merasa besar dengan nama yang cukup terkenal di kampung halaman, “Siapa sih yang nggak kenal dengan Andre Lao?”, mungkin demikian kebanggaan saya, namun setelah berada di tengah-tengah orang yang berwawasan tinggi seperti beliau, saya jadi merasa bodoh.

Seperti apa kata Pak Ali Basyah, ST., ”Orang belajar itu jadi tambah bodoh.” Karena kita akan semakin tahu masih banyak hal di luar sana yang belum kita ketahui.

Jumat, 26 Agustus 2011

Buruh Demo Boyong Dukun

5.000 Buruh Tak Terima THR

MOJOKERTO – SURYA

Lantaran jengkel tidak pernah digubris pemerintah, para buruh dan mahasiswa terpaksa memboyong seorang dukun untuk dijadikan tempat mengadu soal pelanggaran masalah tunjangan hari raya (THR).

Puluhan buruh dan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Mojokerto, Jl.A.Yani Kota Mojokerto, Kamis (25/8). Merka kecewa dengan sikap Pemkab Mojokerto yang tak tegas dengan perusahaan yang tak memberikan tunjangan hari raya (THR).

Kekecewaan ini juga ditampakkan dari teatrikal yang digelar para mahasiswa. Pada teatrikal ini, mereka justu mengadukan persoalan THR itu kepada dukun. “Karena Bupati sudah tak menggubris aduan kami, gubernur juga, apalagi disnaker, maka terpaksa kami mengadu pada mbah dukun,” ujar Siswanto, perwakilan buruh.

Menurut Siswanto pihaknya sudah berkali-kali mengadukan persoalan THR ini ke Disnaker Kabupaten Mojokerto dan ke Bupati Mojokerto. Namun, tak ada tanggapan dari mereka.

Aksi ini diikuti oleh Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (PPBI) Mojokerto, PMII, dan HMI Mojokerto. Pada kesempatan itu, mereka juga mengumumkan adanya 10 perusahaan yang memberikan THR tak sesuai dengan peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor 04/1994. Para perusahaan ini hanya memberikan THR sebesar Rp 50.000 hingga Rp 350.000.

Dari sepuluh perusahaan nakal itu, tercatat sekitar 5.000 buruh yang tak menerima THR sebesar umk senilai Rp 1.105.000 dan Kota Mojokerto sebesar Rp 835.000. Dari sepuluh perusahaan nakal itu, sembilan diantaranya dari Kabupaten Mojokerto.

Menurut Siswanto, banyaknya perusahaan yang melanggar aturan pemberian THR itu tak lepas dari lemahnya kontrol dari pemerintah daerah. Ia katakan sebenarnya perwakilan serikat buruh sudah merumuskan untuk ppembentukan tim ini dan akan mulai bekerja melakukan pengawasan H-7 lebaran. Namun, hingga kemarin tim ini belum mengantongi SK dari bupati.

“Praktis, tim yang berasal dari perwakilan serikat buruh dan Disnakertrans ini tak bisa melakukan pengawasan,” ujarnya.

Ia mendesak kepada bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa untuk segera melakukan langkah penyelesaian.

Wakil Bupati Mojokerto Choirun Nisa mengatakan, soal banyaknya perusahaan yang tak memberikan THR sesuai aturan, pihaknya akan meminta disnakertrans melakukan pendataan secara menyeluruh. Wan

Sumber: SURYA, Jumat 26 Agustus 2011

Sabtu, 20 Agustus 2011

SURAT CINTA

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan


Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain ……
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.

Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit :
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.

Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,


aku menjaringmu
aku melamarmu

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !

Sajak Pertemuan Mahasiswa

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam


malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

RENDRA
( jakarta, 1 desember 1977 )

Ramadhan dan

Optimisme Indonesia

DENNY INDRAYAN A

Staf khusus kepresidenan bidang hukum



Ramadan selalu menjadi bulan yang spesial bagi saya. Sebab, bulan mulia ini membuat saya teringat ketika masih kuliah di Jogjakarta. Saya dan teman-teman sesama mahasiswa biasa menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa, dengan berdiskusi. Tapi situasinya sekarang jelas berbeda. Saya tidak lagi dalam suasana kenikmatan mencari ilmu seperti dulu. Ramadan tahun-tahun belakangan ini lebih pada suasana tantangan kerja yang terus meningkat. Bayangkan, beberapa waktu lalu saya sampai tidak tidur hingga sahur untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor.

Ramadan juga selalu menjadi energi bagi saya. Apalagi, tahun ini merupakan ramadan pertama saya setelah beribadah haji. Ada perasaan lebih berhati-hati untuk menjaga diri dan lebih bertanggung jawab.

Saya tidak setuju jika orang memanfaatkan ramadan hanya untuk bermalas-malasan. bahkan, di bulan ramadan-lah saya bisa merampung kan buku ke lima saya. Judulnya, Indonesia Optimis dengan tebal 250 halaman. Insya Allah, tepat tanggal 17 Agustus buku saya itu akan terbit.

Buku itu sebenarnya ditulis sejak dua minggu sebelum ramadan. Saya awalnya memprediksi buku tersebut selesai September atau Oktober. Saya sendiri kaget. Ternyata justru di bulan ramadan bisa cepat rampung. Alhamdulillah.

Rupanya, banyak momen di bulan ramadan yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya, sehabis sahur, setelah salat tarawih, atau sambil menunggu adzan. Saya biasanya memanfaatkan waktu-waktu itu untuk menulis. Tak terasa sekarang sudah selesai 250 halaman.

Buku tersebut mengusung semangat positif ramadan sekaligus HUT kemerdekaan. Dalam buku tersebut, saya agak melawan arus persepsi banyak orang. Umumnya orang menganggap banyaknya kasus korupsi yang terungkap menunjukkan bahwa negara semakin buruk. Pemerintahan tidak efektif. Masyarakat pesimistis. Saya tidak sepakat. Bukan begitu seharusnya kita memandang.

Saya melihat sebaliknya. Justru semakin banyak kasus korupsi yang di ungkap menunjukkan bahwa pemberantasan korupsi terus berjalan. Memang, pesimisme itu bisa jadi disebabkan media yang cenderung memberitakan kasus-kasus korupsi walaupun itu tidak salah. Kita mungkin terlalu berfokus terhadap pemberitaan kasus korupsi.

Dalam buku itu, saya mengajak kita semua melihat Indonesia secara optimis. Orang melihat kesan presiden tersangkut kasus korupsi. Saya melihat sebaliknya. Dulu keluarga presiden apa bisa diseret kepengadilan? Barangkali, dulu korupsi sudah ada, tapi penegak hukum tak pernah bisa menyentuhnya.

Saat ini kekuasaan presiden dibatasi oleh banyak peraturan. Meski demikian, banyak capaian yang bisa kita rasakan, baik di bidang ekonomi maupun bidang hukum. Karena itu, salah kalau orang bilang pemerintahan tidak efektif.

Ramadan mesti kita maksimalkan sebagai waktu yang tepat untuk berbagi optimisme terhadap bangsa dan negara kita. Saya bersyukur bisa berbagi perspektif positif ini. memang, saat ini saya melihatnya dari pusat pemerintahan, sedangkan dulu saya melihat dari luar. Saat masih berada di luar, informasi yang saya miliki terbatas. Sekarang informasi dari dalam itu lebih mewarnai persepktif saya.(aga/c4/ttg)