Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Kamis, 26 Mei 2011

RESENSI BUKU


Judul : Surat-Surat Orang Pulau

Penulis : Hardjono WS
Editor : Abdul Malik
Pracetak : Slamet Santoso, Dadang Ari Murtono, Saiful Bakri
Desain sampul : Amir Kiah
Perwajahan isi : Kang Madrim
ISBN : 978-979-16856-2-7
Ukuran buku : 13 X 19 cm
Tebal : viii + 156 halaman

Penerbit :

Citra Setia Universal Production
Jl.Teluk Nibung Timur IV/35
Surabaya
e-mail: iallang@yahoo.com



SINOPSIS

Seorang saksi jaman sekaligus seorang pelaku dari perjalanan sejarah bangsa, bangsa Indonesia telah memberikan sebuah catatan hariannya kepada seorang pengarang untuk ditulis dalam sebuah novel, untuk dijadikan sebagai karya sastra sekaligus bukti sejarah.
Dalam novel ini menceritakan tentang nasip warga sipil "Yuwono" harus dipaksa menjalani hidupnya di penjara, meninggalkan anak istrinya. Namun, semua itu berusaha ia ceritakan kepada anaknya "Putri" karena Yuwono merasa sangat bersalah.
Putri, anak kandungnya menyadari hal itu terlalu menyakitkan, ayahnya yang sebenarnya masih hidup, diasingkan ke Pulau Buru selama belasan tahun sebagai tahanan politik. Tak jelas salah benarnya karena tak pernah dihadapkan ke meja hijau. Hukum dan pengadilan tak pernah berbicara dalam hal ini. Sementara yang berbicara adalah kekuasaan dan kekuatan.
Peristiwa demi peristiwa yang di alami "Yuwono" ini benar-benar sungguh menyakitakan. Bagaimana ia harus dipaksa meninggalkan rumah serta istri dan anak-anaknya yang masih kecil dari penjara ke penjara, baik penjara di Pulau Jawa, Nusa Kambangan, maupun di Pulau Burung. Benarkah ia mendapatkan kebebasan setelah keluar dari penjara ke penjara saat berkumpul dengan masyarakat? Tidak, tenyata setelah Yuwono dibebaskan ia semakin merasa terasing karena oleh masyarakat dijadikan sebagai masyarakat kelas dua.
Tetapi perjuangan Yuwono tidak hanya sampai di situ, Yuwono tetap yakin bahwa semua ini adalah sebuah ujian Tuhan yang harus ia jalani. Dengan keteguhan hatinya itulah Yuwono mampu bebas dari keterasingan itu dengan karyanya.





Hardjono W.S., lahir dari pasangan R.W. Sotrisno dan Rr. Roekminiwati di Bondowoso, tanggal 11 Maret 1945 dengan nama lengkap R. Soehardjono. Ketika ayahnya sakit ia meminta izin untuk mengubah namanya dari R. Soehardjono menjadi Hardjono Wieyosoetrisno yang kemudian disingkat menjadi Hardjono W.S.

Beberapa karyanya yang dimainkan kawan-kawan senimannya, antara lain Lileo, the Kutilang Bird oleh Linda Yosephine dan Ekkes School of Ballet, Surabaya, Maret 1999; Warisan Mak Yah oleh Ludruk Karya Budaya Mojokerto dalam festival ludruk se-Jawa Timur di Gedung Utama Kompleks Balai Pemuda Surabaya.
Tiga Penghargaan telah diterimanya, masing-masing dari Lembaga Indonesia-Amerika lewat Dewan Kesenian Jakarta berupa Award khusus teater, dari Direktorat Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan di Jakarta, dan Gubernur Jawa Timur sebagai seniman kreator tahun 2000. Naskah anak-anaknya yang berjudul Layang-layang diterbitkan oleh UNESCO dalam sebuah buku berjudul Together in dramaland bersama 14 pengarang Asia-Afrika.
Sampai sekarang masih terus menulis, menggarap teater anak-anak, mematung. Saat ini sedang menekuni program Kebun Kreatif (Bonkre) yaitu belajar mendongeng, menulis, baca puisi, drama anak-anak di Desa Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Dan tinggal bersama istri dan putra tercinta, Marwiyah Derang dan Pramudya Sang Aru Bintang.
Telah menulis 20 judul buku antara lain Celoteh Tikus dan Merpati, Pizza dan puisi, Yok Bermain Teater Yok, Sanggarku Dermagaku, Tamu dari Jati, Apa Kabar Pak Wo? Surat-surat Orang Pulau, Titik Akhir, Garis Lengkung, Rumah di persimpangan, Wayan Aku Cinta Kamu, Dua Perempuan, Rumah di Depan Langgar, Kisah Seekor Burung Kutilang, Buku Harian Seorang Perempuan, Bulik Asih, Panglima Perang, Tanah Ganjaran , Saumi, Panggil Aku Mbak, Yant, Kereta terakhir, Teater anak atau teater untuk anak-anak kecil tentang teater. Meja dan Kursi dari pangkal batang kelapa ( Trubus Agrisarana, Surabaya 1998).
Beberapa karyanya yang telah terbit dalam antologi puisi bersama, antara lain Antologi Empat Penyair bersama Jil P. Kalaran, Sabrot D Malioboro, Abdul Qodir; Omonga Apa Wae—Kumpulan puisidan geguritan, Festival Cak Durasim, 2000; Bunga Rampai Bunga Pinggiran, Antologi Puisi Parade seni WR. Soepratman 1995; Mojokero dalam puisi, Dewan Kesenian Kota Mojokerto; Memo Putih, Antologi Puisi 14 Penyair Jawa Timur.


Alamat ; Desa Jatidukuh Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Email : Jatidukuh@yahoo.com



Saiful Bakri,

Biro Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto.

e-mail: ipulmojokerto@gmail.com

0 komentar: