Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Sabtu, 20 Agustus 2011

Ramadhan dan

Optimisme Indonesia

DENNY INDRAYAN A

Staf khusus kepresidenan bidang hukum



Ramadan selalu menjadi bulan yang spesial bagi saya. Sebab, bulan mulia ini membuat saya teringat ketika masih kuliah di Jogjakarta. Saya dan teman-teman sesama mahasiswa biasa menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa, dengan berdiskusi. Tapi situasinya sekarang jelas berbeda. Saya tidak lagi dalam suasana kenikmatan mencari ilmu seperti dulu. Ramadan tahun-tahun belakangan ini lebih pada suasana tantangan kerja yang terus meningkat. Bayangkan, beberapa waktu lalu saya sampai tidak tidur hingga sahur untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor.

Ramadan juga selalu menjadi energi bagi saya. Apalagi, tahun ini merupakan ramadan pertama saya setelah beribadah haji. Ada perasaan lebih berhati-hati untuk menjaga diri dan lebih bertanggung jawab.

Saya tidak setuju jika orang memanfaatkan ramadan hanya untuk bermalas-malasan. bahkan, di bulan ramadan-lah saya bisa merampung kan buku ke lima saya. Judulnya, Indonesia Optimis dengan tebal 250 halaman. Insya Allah, tepat tanggal 17 Agustus buku saya itu akan terbit.

Buku itu sebenarnya ditulis sejak dua minggu sebelum ramadan. Saya awalnya memprediksi buku tersebut selesai September atau Oktober. Saya sendiri kaget. Ternyata justru di bulan ramadan bisa cepat rampung. Alhamdulillah.

Rupanya, banyak momen di bulan ramadan yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya, sehabis sahur, setelah salat tarawih, atau sambil menunggu adzan. Saya biasanya memanfaatkan waktu-waktu itu untuk menulis. Tak terasa sekarang sudah selesai 250 halaman.

Buku tersebut mengusung semangat positif ramadan sekaligus HUT kemerdekaan. Dalam buku tersebut, saya agak melawan arus persepsi banyak orang. Umumnya orang menganggap banyaknya kasus korupsi yang terungkap menunjukkan bahwa negara semakin buruk. Pemerintahan tidak efektif. Masyarakat pesimistis. Saya tidak sepakat. Bukan begitu seharusnya kita memandang.

Saya melihat sebaliknya. Justru semakin banyak kasus korupsi yang di ungkap menunjukkan bahwa pemberantasan korupsi terus berjalan. Memang, pesimisme itu bisa jadi disebabkan media yang cenderung memberitakan kasus-kasus korupsi walaupun itu tidak salah. Kita mungkin terlalu berfokus terhadap pemberitaan kasus korupsi.

Dalam buku itu, saya mengajak kita semua melihat Indonesia secara optimis. Orang melihat kesan presiden tersangkut kasus korupsi. Saya melihat sebaliknya. Dulu keluarga presiden apa bisa diseret kepengadilan? Barangkali, dulu korupsi sudah ada, tapi penegak hukum tak pernah bisa menyentuhnya.

Saat ini kekuasaan presiden dibatasi oleh banyak peraturan. Meski demikian, banyak capaian yang bisa kita rasakan, baik di bidang ekonomi maupun bidang hukum. Karena itu, salah kalau orang bilang pemerintahan tidak efektif.

Ramadan mesti kita maksimalkan sebagai waktu yang tepat untuk berbagi optimisme terhadap bangsa dan negara kita. Saya bersyukur bisa berbagi perspektif positif ini. memang, saat ini saya melihatnya dari pusat pemerintahan, sedangkan dulu saya melihat dari luar. Saat masih berada di luar, informasi yang saya miliki terbatas. Sekarang informasi dari dalam itu lebih mewarnai persepktif saya.(aga/c4/ttg)

0 komentar: