Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Minggu, 15 April 2012


Hmm, tempat ini menyimpan banyak kenangan manis untukku. Tak seharusnya aku berada disini. Karena hanya akan membawa rasa rindu yang tak menentu. Namun langkah gontai tak terarah, tak mampu mengartikan maksud hati hingga membawaku kembali ketempat ini.

Setahun silam, tempat ini adalah tempat dimana cinta pertamaku terlahir. Dan cerita cinta yang kuanggap bagai sebuah sinetron. Haha.. Lucu juga, aku teramat suka dengan sinetron. Dan mungkin tingkah lakuku sebagian besar berdasarkan semua sinetron yang pernah kulihat.

Gadis kelas sepuluh itu, entah bagaimana aku bisa lantas jatuh cinta padanya. Emm, mungkin matanya yang tajam, atau bibirnya yang tipis dan suka menari-nari dalam pengamatanku. Orangnya juga lincah. Dan aku merasa dia pantas untuk disayang.

“Mas, bisa minta tolong gak? Bikinin aku facebook dong? Please…”, sungguh aku masih ingat betapa cantik dan lembutnya. Tanpa harus memohon seperti itu juga aku pasti bantu dia. Karena selain itu memang tugasku sebagai operator warnet, bukankah aku juga tidak akan tega menolak inginnya.

Hari demi hari kulewati bersamanya. Haha… mungkin lebih tepatnya hari demi hari aku semakin bersemangat kerja. Tentu saja karena hampir tiap hari sepulang sekolah dia selalu berkunjung ke warnet tempatku bekerja. Aku semakin tahu warna dirinya. Canda tawa mulai tercipta antara kita. Sungguh aku menganggap benih-benih cinta mulai bersemi.

“Mas, gimana nih? Tugasku besok pagi harus dikumpulkan. Tapi kapan aku ngerjainnya? Sekarang aku disuruh ayah pulang. Kamu juga jauhan sih rumahnya. Coba kalo deket kan enak?” katanya saat itu dengan cemberut. Haha… dasar manja.

“Gimana ya? Atau gini aja deh, sekolah kamu kan deket banget sama rumahku. Jalan kaki gak sampai sepuluh menit juga nyampai tuh. Biar aku kerjain aja deh tugas kamu. Besok pagi aku antar ke sekolahmu. Gimana?” kataku mencoba menawarkan.

“Boleh juga sih, Mas. Tapi aku jadi ngrepotin kamu terus, Mas..”

“Halah, aku gak pernah merasa kamu repotin kok. Aku seneng-seneng aja. Beneran.”

Huh, dasar cinta memaksaku mempelajari ilmu ngegombal. Tapi saat itu memang terasa begitu indah. Namun keindahan itu begitu cepat sirna. Berubah menjadi awan hitam dalam hidupku sampai saat ini. Dia hanya menganggapku sebatas teman. HANYA SEBATAS TEMAN.

Aku pun tak sanggup berada di tempat kerjaku itu. Bayangnya selalu menghantuiku. Semakin kucoba melupakannya maka semakin terbayang dipelupuk mata. Akhirnya makan tak enak, tidur tak nyenyak, kerja tak produktif, kreatifitas lenyap. Seperti manusia dalam kondisi hidup segan mati tak mau. Terlebih bila kita sudah berkata bertahan satu C.I.N.T.A sampai mati maunya hanya dia. Aduh….!

Hingga datang masa ini, masa-masa segala niat perubahanku. Aku datang meninggalkan masa lalu. Melangkah dengan percaya diri menatap bara pendidikan yang kupercayai menjanjikan kehidupan yang lebih baik nanti.

Teman baru, pekerjaan baru, gaya baru, dan kehidupan baru tengah kurasa. Satu dua orang teman perlahan kudapat yang sehati. Keseriusan menghadapi masa depan yang kuharap cerah tengah kujalani. AKU BUKANLAH YANG DULU LAGI.

“Hello, good evening. My name is Andry Budi. You can call me Justin. And ….”

Yah, berawal dari even malam itu. Perkenalan dalam bahasa inggris yang begitu mengesankan. Sudah kubilang aku bukanlah yang dulu lagi. Aku datang dengan segala perubahanku. Itu sugesti yang kutanamkan dalam diriku.

Kebersamaan dalam organisasi ini membawaku dalam sisi kepribadian lain. Aku jadi lebih suka melontarkan kata-kata rayuan. Kesana kemari dengan percaya diri membawa topik seputar kaum hawa. Hingga aku merasa hariku akan hampa tanpa keramain seputar kaum hawa.

Hmm, aku mulai merasa bisa meniadakan bayangan cinta pertamaku. Perlahan memang, tapi aku sungguh berharap sepenuhnya bayangnya kan sirna dimakan usia. Upz! Mungkin aku salah, bukan dimakan usia. Melainkan ada sesuatu di masa ini, yang mengendap-endap dalam hatiku. Dalam malam selalu berkabut tawa, penuh suka cita.

Ah, aku kembali terjatuh. Aku tak ingin dan aku tak hendak. Jangan pernah kau ulurkan tangan untuk menolongku. Ulurkan saja hatimu wahai Dewi Malam. Yah, aku menyebutmu Dewi Malam, karena hadirmu hanya kujumpai seusai sholat Maghrib.

Tengah berbagai cara untuk dekati dirimu. Dirimu yang mampu memberikan obat penawar racun dalam hati ini. Dan aku yakin, aku telah bisa melupakan cinta pertamaku. Namun semuanya tak sesuai harapan. Kau anggap aku hanya sebatas teman. HANYA SEBATAS TEMAN.

Dan hari-hariku kembali berfatamorgana. Bayangnya kembali hadir bersamaan dengan bayangmu yang tak menentu.

“Untuk kali ini kawan, cintaku pergi kelain hati. Obatku telah habis tak tersisa. Benih cinta pertamaku bersemi kembali dengan tawa kemenangannya. Adakah obat untuk patah hati?”


::Aku bicara tentang cinta. Bukan cinta biasa ~ Andre Lao ~