Anda Pengunjung Ke

About Me

Following

Entri Populer

Label

Jumat, 26 Agustus 2011

Buruh Demo Boyong Dukun

5.000 Buruh Tak Terima THR

MOJOKERTO – SURYA

Lantaran jengkel tidak pernah digubris pemerintah, para buruh dan mahasiswa terpaksa memboyong seorang dukun untuk dijadikan tempat mengadu soal pelanggaran masalah tunjangan hari raya (THR).

Puluhan buruh dan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Mojokerto, Jl.A.Yani Kota Mojokerto, Kamis (25/8). Merka kecewa dengan sikap Pemkab Mojokerto yang tak tegas dengan perusahaan yang tak memberikan tunjangan hari raya (THR).

Kekecewaan ini juga ditampakkan dari teatrikal yang digelar para mahasiswa. Pada teatrikal ini, mereka justu mengadukan persoalan THR itu kepada dukun. “Karena Bupati sudah tak menggubris aduan kami, gubernur juga, apalagi disnaker, maka terpaksa kami mengadu pada mbah dukun,” ujar Siswanto, perwakilan buruh.

Menurut Siswanto pihaknya sudah berkali-kali mengadukan persoalan THR ini ke Disnaker Kabupaten Mojokerto dan ke Bupati Mojokerto. Namun, tak ada tanggapan dari mereka.

Aksi ini diikuti oleh Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (PPBI) Mojokerto, PMII, dan HMI Mojokerto. Pada kesempatan itu, mereka juga mengumumkan adanya 10 perusahaan yang memberikan THR tak sesuai dengan peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor 04/1994. Para perusahaan ini hanya memberikan THR sebesar Rp 50.000 hingga Rp 350.000.

Dari sepuluh perusahaan nakal itu, tercatat sekitar 5.000 buruh yang tak menerima THR sebesar umk senilai Rp 1.105.000 dan Kota Mojokerto sebesar Rp 835.000. Dari sepuluh perusahaan nakal itu, sembilan diantaranya dari Kabupaten Mojokerto.

Menurut Siswanto, banyaknya perusahaan yang melanggar aturan pemberian THR itu tak lepas dari lemahnya kontrol dari pemerintah daerah. Ia katakan sebenarnya perwakilan serikat buruh sudah merumuskan untuk ppembentukan tim ini dan akan mulai bekerja melakukan pengawasan H-7 lebaran. Namun, hingga kemarin tim ini belum mengantongi SK dari bupati.

“Praktis, tim yang berasal dari perwakilan serikat buruh dan Disnakertrans ini tak bisa melakukan pengawasan,” ujarnya.

Ia mendesak kepada bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa untuk segera melakukan langkah penyelesaian.

Wakil Bupati Mojokerto Choirun Nisa mengatakan, soal banyaknya perusahaan yang tak memberikan THR sesuai aturan, pihaknya akan meminta disnakertrans melakukan pendataan secara menyeluruh. Wan

Sumber: SURYA, Jumat 26 Agustus 2011

Sabtu, 20 Agustus 2011

SURAT CINTA

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan


Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain ……
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.

Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit :
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.

Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,


aku menjaringmu
aku melamarmu

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !

Sajak Pertemuan Mahasiswa

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam


malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

RENDRA
( jakarta, 1 desember 1977 )

Ramadhan dan

Optimisme Indonesia

DENNY INDRAYAN A

Staf khusus kepresidenan bidang hukum



Ramadan selalu menjadi bulan yang spesial bagi saya. Sebab, bulan mulia ini membuat saya teringat ketika masih kuliah di Jogjakarta. Saya dan teman-teman sesama mahasiswa biasa menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa, dengan berdiskusi. Tapi situasinya sekarang jelas berbeda. Saya tidak lagi dalam suasana kenikmatan mencari ilmu seperti dulu. Ramadan tahun-tahun belakangan ini lebih pada suasana tantangan kerja yang terus meningkat. Bayangkan, beberapa waktu lalu saya sampai tidak tidur hingga sahur untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor.

Ramadan juga selalu menjadi energi bagi saya. Apalagi, tahun ini merupakan ramadan pertama saya setelah beribadah haji. Ada perasaan lebih berhati-hati untuk menjaga diri dan lebih bertanggung jawab.

Saya tidak setuju jika orang memanfaatkan ramadan hanya untuk bermalas-malasan. bahkan, di bulan ramadan-lah saya bisa merampung kan buku ke lima saya. Judulnya, Indonesia Optimis dengan tebal 250 halaman. Insya Allah, tepat tanggal 17 Agustus buku saya itu akan terbit.

Buku itu sebenarnya ditulis sejak dua minggu sebelum ramadan. Saya awalnya memprediksi buku tersebut selesai September atau Oktober. Saya sendiri kaget. Ternyata justru di bulan ramadan bisa cepat rampung. Alhamdulillah.

Rupanya, banyak momen di bulan ramadan yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya, sehabis sahur, setelah salat tarawih, atau sambil menunggu adzan. Saya biasanya memanfaatkan waktu-waktu itu untuk menulis. Tak terasa sekarang sudah selesai 250 halaman.

Buku tersebut mengusung semangat positif ramadan sekaligus HUT kemerdekaan. Dalam buku tersebut, saya agak melawan arus persepsi banyak orang. Umumnya orang menganggap banyaknya kasus korupsi yang terungkap menunjukkan bahwa negara semakin buruk. Pemerintahan tidak efektif. Masyarakat pesimistis. Saya tidak sepakat. Bukan begitu seharusnya kita memandang.

Saya melihat sebaliknya. Justru semakin banyak kasus korupsi yang di ungkap menunjukkan bahwa pemberantasan korupsi terus berjalan. Memang, pesimisme itu bisa jadi disebabkan media yang cenderung memberitakan kasus-kasus korupsi walaupun itu tidak salah. Kita mungkin terlalu berfokus terhadap pemberitaan kasus korupsi.

Dalam buku itu, saya mengajak kita semua melihat Indonesia secara optimis. Orang melihat kesan presiden tersangkut kasus korupsi. Saya melihat sebaliknya. Dulu keluarga presiden apa bisa diseret kepengadilan? Barangkali, dulu korupsi sudah ada, tapi penegak hukum tak pernah bisa menyentuhnya.

Saat ini kekuasaan presiden dibatasi oleh banyak peraturan. Meski demikian, banyak capaian yang bisa kita rasakan, baik di bidang ekonomi maupun bidang hukum. Karena itu, salah kalau orang bilang pemerintahan tidak efektif.

Ramadan mesti kita maksimalkan sebagai waktu yang tepat untuk berbagi optimisme terhadap bangsa dan negara kita. Saya bersyukur bisa berbagi perspektif positif ini. memang, saat ini saya melihatnya dari pusat pemerintahan, sedangkan dulu saya melihat dari luar. Saat masih berada di luar, informasi yang saya miliki terbatas. Sekarang informasi dari dalam itu lebih mewarnai persepktif saya.(aga/c4/ttg)

Kamis, 11 Agustus 2011

Muntamah, SH

Staf Ortala Pemkot Mojokerto
berlianaputri@yahoo.com

Matahari belum tinggi, sinarnya mulai menghangatkan tubuh dan menghalau kabut di sepanjang jalan Benteng Pancasila, Mojokerto. Orang memadati jalanan kembar ini, menghirup udara segar sambil joging. Setiap minggu pagi, jalan tertutup bagi semua jenis kendaraan dan area parkir dialihkan di ujung jalan depan Kantor KPU, sedang kendaraan dari arah berlawanan parkir di jalanan dekat rumah wali kota.

Lelah berjalan, warga bisa istirahat sembari menikmati jajanan atau makanan tradisional yang banyak dijajakan di sana. Semua tergantung selera, mau makan nasi atau jajanan karena di sini serba ada. Bahkan ada yang menjajakan mainan anak-anak. Kami makan sambil duduk di lesehan di sisi jalan sebelah utara, menghadap sawah yang terbentang hijau. Di depan ada sungai yang airnya masih bersih. Saat kereta api melintas di sisi selatan jalan, anak-anak berteriak kegirangan. Kereta melintas pelan karena sebentar lagi akan masuk stasiun Mojokerto.

Aktivitas minggu pagi di sepanjang jalan Benteng Pancasila, Kota Mojokerto. Ada gairah baru berkembangnya ekonomi rakyat di sepanjang jalan mewah sejauh satu kilometer itu. Perpaduan antara rekreasi, olah raga, dan pengembangan ekonomi rakyat. Dulu jalan ini sempit dan sepi. Orang akan berpikir panjang untuk melewatinya saat malam hari karena di kiri kanan jalan adalah area sawah. Kini, jalan menjelma menjadi jalan besar layaknya di kota metropolitan. Ramai di siang hari, menjadi sarana nongkrong mencari angin di malam hari. Muda-mudi menikmati romantika di sini. Khusus di Minggu pagi ada wisata kilat berbasis ekonomi rakyat.

Pengembangan sektor riil menjadi komitmen di kota onde-onde ini. Bahkan, sektor ini tergolong dimanja oleh pemkot Mojokerto. Nampaknya, pemerintah sadar peran penting sektor ini dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Sektor riil juga mendapat fasilitas di Pasar Kliwon di pusat perbelanjaan jalan Majapahit dan Pasar Tanjung dekat Klenteng. Pasar Burung, yang dulu menempati ruang sempit di jalan Karyawan, kini dipindah di area yang lebih luas, di jalan Empu Nala. Di alun-alun kota, pedagang kaki lima (PKL) juga mendapat kesempatan meraup untung. Kota lain mungkin perlu belajar dari hubungan damai antara pemkot dan PKL sebagai penggerak ekonomi rakyat yang patut untuk dibina dan diberikan fasilitas.


Sumber : http://www.surya.co.id/2011/07/12/minggu-pagi-di-benteng-pancasila-mojokerto